Jutaan Warga AS Ketakutan, Fenomena Budaya Bertahan Hidup Kian Menular

SHARE  

Wanita berpelukan saat warga negara AS dan anggota keluarga dekat mereka menunggu sebelum meninggalkan Israel dengan kapal menuju Siprus, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Haifa, Israel, 16 Oktober 2023. (REUTERS/Shir Torem) Foto: Wanita berpelukan saat warga negara AS dan anggota keluarga dekat mereka menunggu sebelum meninggalkan Israel dengan kapal menuju Siprus, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Haifa, Israel, 16 Oktober 2023. (REUTERS/SHIR TOREM)

Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena bersiap untuk bahaya ternyata makin berkembang di antara warga Amerika Serikat (AS). Belakangan terlihat banyak warga yang membekali diri untuk bertahan hidup di tengah ancaman bahaya pergolakan politik serta bencana alam dan cuaca ekstrem.

Jumlah orang yang mempersiapkan diri bahkan telah meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 20 juta sejak tahun 2017.

Sebagian besar dari pertumbuhan tersebut berasal dari kelompok minoritas dan orang-orang yang secara politik dianggap sebagai kelompok kiri-tengah.

Rasa tidak aman itu diperparah setelah pemilu Donald Trump pada tahun 2016, pandemi Covid-19, cuaca ekstrem dan protes keadilan rasial pada tahun 2020 setelah pembunuhan George Floyd.

“Saya sangat terkejut dengan banyaknya orang kulit berwarna di sini,” kata salah satu warga AS Brook Morgan saat ditemui di Survival & Prepper Show di Colorado, dikutip dari Reuters, Sabtu (9/3/2024).

Baca: Sudan bak ‘Neraka’, Perang Saudara Pecah-Bencana Kelaparan Terdahsyat

Saya selalu ke sini bersama keluarga saya di Indiana dan tak hanya orang kulit putih yang seumuran dengan orang tua saya. Ada banyak orang muda di sini juga. Ini perubahan yang nyata,” imbuhnya.

Fenomena ini jelas pada saat acara akhir pekan Survival & Prepper di pekan raya Boulder County, Colorado. Lebih dari 2.700 orang dengan peserta yang bervariasi membayar US$10 masing-masing untuk menghadiri ajang ini.

Para peserta dan pengelola stan mengatakan, acara tersebut mencerminkan keprihatinan jutaan orang Amerika yang tidak lagi merasa aman hanya dengan mengandalkan pemerintah atau industri swasta untuk menyediakan kebutuhan pokok, seperti listrik, air dan makanan.

Chris Ellis, seorang peneliti yang juga kolonel di Angkatan Darat AS yang bekerja di bidang kesiapsiagaan dan pemulihan bencana, telah melacak pertumbuhan sikap waspada warga AS hingga 20 juta orang berdasarkan data ketahanan rumah tangga dari Badan Manajemen Darurat Federal.

Baca: Sri Mulyani: 3 Krisis Hantam Bumi Sekaligus

Dia menerangkan, apa yang membentuk individu yang bersiap – yang dia definisikan sebagai seseorang yang dapat hidup selama sebulan tanpa dukungan dari luar – adalah bagaimana mereka bereaksi terhadap satu pertanyaan “Apakah saya merasa aman?”

“Masyarakat ingin mendapatkan kembali hak pilihan mereka, rasa kendali mereka, dan melakukan sesuatu untuk mencocokkan ketakutan mereka dengan tindakan mereka,” kata Ellis.

Orang-orang yang sadar akan terjadinya perubahan iklim, kini cenderung menjadi penghuni rumah yang menanam makanan mereka sendiri dan pindah ke lokasi yang lebih “tahan iklim”, seperti Duluth, Minnesota, dengan cuaca lebih sejuk.

Sementara kelompok lain yang memiliki ketakutan atas tindak kejahatan, sering kali adalah para penggila senjata yang secara stereotip diasosiasikan dengan gerakan mempersiapkan diri.

Orang-orang super kaya sering kali menanggapi ketakutan mereka dengan menghabiskan jutaan dolar untuk membangun bunker di tempat-tempathttps://ujiemisiapel.com/ terpencil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*