Foto: (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membagikan pengalamannya saat menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) negara anggota G20 di Brasil, akhir Februari lalu.
Menurutnya, banyak negara G20 kagum dan memuji kinerja ekonomi Indonesia yang mampu bangkit dengan cepat setelah dihantam pandemi. Hal ini, katanya, disampaikan langsung oleh menteri-menteri G20 dan perusahaan pemeringkat (rating agency).
“Mereka melihat bahwa Indonesia a head the curve dari sisi fiskal consolidation-nya pendapatan negara, belanja dan berbagai upaya reformasi yang dilakukan untuk menyehatkan dan perkuat APBN,” terang Sri Mulyani dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Menara BRILiaN, Jakarta Selatan, dikutip Jumat (7/3/2024).
Indonesia berhasil tumbuh di atas 5% pada tahun lalu. Bahkan, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hanya sebesar 1,65% terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit ini jauh lebih kecil dari yang diasumsikan sebelumnya. Bahkan, lebih kecil dibandingkan masa pandemi pada 2020 yang sempat meningkat di atas 6%.
Kemudian, dia mengatakan keseimbangan primer Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2023 surplus sebesar Rp 92 triliun. Kinerja keseimbangan primer ini dicapai di tengah kondisi tekanan yang luar biasa dan ini merupakan keseimbangan primer pertama dalam 12 tahun terakhir atau sejak 2012.
“Defisit bisa terus ditekan sehingga keseimbangan primer kita surplus Rp 92 triliun dan ini ahead the curve dan merupakan primary balance surplus pertama dalam 12 tahun (2012) terakhir,” ujar Sri Mulyani.
Ini membuktikan bahwa APBN dapat ditempatkan posisi konsolidasi, sementara pertumbuhan ekonomi masih mampu dijaga tinggi.
“APBN bisa kembali pulih pada saat ekonominya tetap bisa bertahan artinya pemulihan APBN tidak mengorbankan kinerja perekonomian kita,” katanya.
Sebelumnya, Sri Mulyani juga memaparkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia agak berbeda dari negara-negara lain. Per Januari 2024, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terjaga di 125; Mandiri Spending Index (MSI) 40,0; Indeks Penjualan Riil (IPR) 3,7 persen yoy; dan PMI Manufaktur Indonesia konsisten ekspansi selama 29 bulan berturut-turut.
Padahal, kondisi global saat ini dibayangi oleh tren pelemahan. Sejumlah negara, seperti Jepang dan Inggris telah mengalami resesi. Jerman pun selangkah lagi masuk ke jurang resesi. Sementara itu, China mengalami pelemahan yang luar biasa. Inilah yang membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dipatok lebih rendah.
“@the_imf memproyeksikan sebesar 3,1 persen, sementara @worldbank memprediksi hanya 2,4 persen,” katanya di Instagram @smindrawati.
Namun, dia menilai kondisi ekonomi Indonesia relatif baik dibandingkan kelompok negara G20 maupun ASEAN. Kendati demikian, dia menegaskan semua pihak harus tetap waspada. Kondisi inflasi yang mulai menurun belum disertai dengan penurunan tingkat suku bunga, dan tren pelemahan tingkat permintaan global yang memengaruhi ekspor dan juga penurunan harga https://ujiemisiapel.com/komoditas.