Foto: Rafah,
Jakarta, CNBC Indonesia – Situasi Timur Tengah, terutama Gaza, Palestina, makin panas. Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menegaskan niatnya melakukan serangan darat dengan menerjunkan militer langsung ke Rafah.
Wilayah di gerbang Mesir itu kini menjadi satu-satunya daerah aman untuk 1,4 juta pengungsi Gaza. Wilayah itu sendiri sudah kerap dibom Israel dengan serangan udara sejak Negara Zionis itu mengumumkan perang Oktober 2023.
Hal ini membuat Arab Saudi memberi peringatan (warning). Kerajaan menyebut akan ada dampak yang sangat berbahaya dari penyerbuan dan penargetan Rafah.
“Bencana kemanusiaan,” tegas negeri Raja Salman bin Abdul Aziz itu, dikutip AFP, Senin (12/2/2024).
“Penolakan keras … atas deportasi paksa itu,” tambahnya.
Arab Saudi pun mengatakan pelanggaran telah terus dilakukan Israel dan berlanjut. Sehingga Dewan Keamanan (DK) PBB) sangat perlu bertindak.
“Pelanggaran yang terus berlanjut terhadap hukum internasional dan hukum humaniter internasional ini menegaskan perlunya segera mengadakan Dewan Keamanan untuk mencegah Israel menyebabkan bencana kemanusiaan yang akan segera terjadi,” ujar Arab Saudi lagi.
Arab Saudi, yang merupakan rumah bagi situs paling suci umat Islam, tidak pernah mengakui Israel. Namun Riyadh disebut telah mempertimbangkan untuk mengakuinya sebelum perang Israel-Hamas pecah pada bulan Oktober.
Sebelumnya pernyataan menyerang Rafah diutarakan Netanyahu dalam wawancara dengan media AS, ABC News. Netayahu pun membantah banyaknya korban Gaza yang sudah tewas dan mengklaim data itu berlebihan.
“Kami akan melakukannya sambil memberikan jalan yang aman bagi penduduk sipil sehingga mereka dapat pergi,” klaimnya tanpa menjelaskan detil ke mana jutaan orang akan pergi lagi.
“Kami sedang menyusun rencana rinci … Area yang telah kami bersihkan di utara Rafah adalah – ada banyak area di sana,” tambahnya lagi.
“Kemenangan sudah dekat. Kami akan melakukannya. Kami akan menempatkan sisa batalyon teroris Hamas di Rafah, yang merupakan benteng terakhir,” ujarnya.
Mesir sendiri dengan keras menentang rencana serangan Israel. Ini akan mengancam membuat ratusan ribu warga Palestina mengungsi ke Semenanjung Sinai.
Mereka juga tetap sangat berhati-hati terhadap peningkatan aktivitas militer Israel di dekat perbatasannya. Kairo telah memperingatkan bahwa perjanjian perdamaian yang telah berumur puluhan tahun dengan Israel dapat terancam jika Negeri Zionis mengerahkan pasukan di perbatasannya.
Kecaman juga datang dari kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan. Mereka menyuarakan keprihatinan mendalam atas janji Netanyahu itu.
“Ini tidak bisa diterima, kegilaan ini harus dihentikan,” kata Hossam al-Sharqawi dari Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Hamas juga memperingatkan Israel. Mereka mengatakan serangan darat di Rafah, yang dipenuhi pengungsi Gaza, akan membahayakan pembebasan sandera di masa depan.
“Setiap serangan yang dilakukan tentara pendudukan di kota Rafah akan menggagalkan perundingan pertukaran,” kata seorang pemimpin Hamas yang tidak mau disebutkan namanya kepada AFP.
Lebih dari 28.000 warga Palestina kini telah terbunuh sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada 7 Oktober. Namun hal tersebut tak juga menghentikan kekerasan https://ujiemisiapel.com/Israel.